Begitulah pertanyaan yang dilemparkan teman-teman dan
termasuk aku yang hadir saat mengikuti dauroh kala itu, entah mengapa aku pun
heran dengan pertanyaan yang seperti itu, ditanyakan apa alasan kamu sampai
bisa tersesat dijalan dakwah ini, mengapa demikian, kemudian dituliskan dalam
sebuah kertas.
Aku pun berpikir lama, panjang, mencoba mengotak-atik apa
yang ada didalam hati kala itu, sangat bingung apa yang ingin aku tuliskan, dan
sempat berpikiran tidak mampu untuk menjawab dan menuliskan pertanyaan itu.
Kala itu juga, ku lihat teman-teman semuanya dengan semangat
dan lancar menuliskan dalam selembar kertas, bahkan begitu pula teman yang ada
didekat ku, disamping ku, mereka lancar dan tersenyum-tersenyum saat
menuliskan, aku heran mengapa mereka bisa dengan lancar berpikir dan
menuliskannya dalam selembar kertas.
Lalu? Apa? Apa yang ingin aku tuliskan? Apa aku tidak perlu
menuliskan apapun? Bagaimana kalau dikumpulkan, lalu dikoreski, dicek,
diperiksa, lalu namaku tidak ada, dan aku malah dipanggil dan kemudian disuruh
berbicara didepan? Habislah aku, malulah aku, menyampaikan pendapat dalam
sebuah forum saja aku tidak gemetaran seperti halnya gempa, apalagi berbicara
di depan orang-orang yang lebih bepengalaman, yang pengetahuan ke-islaman-nya
lebih banyak dan lebih mulia dibanding diriku. Sedangkan aku? Ah, hanya orang
yang sering dikatakan bodoh maupun bego dalam melakukan sesuatu, yang tidak
penting dan tak berguna.